TIMES SRAGEN, SURABAYA – Komunitas Dokter Hijab Cantik (DHC) Indonesia menggelar acara Gathering dan Book Launching pada Minggu (21/12/2025) bertempat di Ciputra World Surabaya.

Acara yang bertujuan memperkuat peran dokter perempuan di bidang kreatif ini dibuka secara resmi oleh Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Timur, Arumi Bachsin.

Founder DHC Indonesia, dr. Novita Qurrita A’ini, menjelaskan bahwa komunitas ini menjadi wadah bagi para dokter berhijab untuk mengembangkan potensi di luar profesi medis.

Saat ini, DHC telah berkembang pesat dengan memiliki 11 divisi strategis, termasuk divisi influencer, entrepreneur, hingga divisi internasional yang menjangkau anggota di Kairo dan Malaysia.

"Kami ingin meningkatkan nilai kualitas diri seorang dokter wanita berhijab. Melalui berbagai divisi yang ada, kami memberikan pelatihan khusus agar mereka bisa mengasah bakat di bidang lain, seperti public speaking hingga kewirausahaan," ujar dr. Novita.

Dalam sesi talkshow, dr. Firyal Nadiah Rahmah, M.Biomed, yang juga dikenal sebagai penggiat konten (content creator), membagikan strategi membangun personal branding di era digital.

Ia menekankan pentingnya aspek audiovisual dalam menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan bagi para tenaga medis yang produktif.

Dr. Firyal memberikan tips teknis mengenai algoritma media sosial, di mana tiga detik pertama sebuah konten atau yang dikenal dengan istilah hook menjadi penentu keberhasilan atensi penonton. Meski demikian, ia mengingatkan para sejawat untuk tetap patuh pada kode etik.

"Penting bagi dokter untuk tidak menggunakan atribut kedokteran saat mempromosikan merek tertentu secara hard-selling. Kita harus tetap tampil profesional dengan dukungan bukti ilmiah yang valid," tegas dr. Firyal.

Puncak acara ditandai dengan peluncuran buku karya anggota komunitas yang melibatkan dokter-dokter dari berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Maluku hingga Papua. Buku tersebut merangkum pengalaman serta keahlian para dokter wanita yang menginspirasi, baik dalam aspek medis maupun non-medis.

Melalui kegiatan ini, DHC Indonesia berharap dapat terus memperluas jaringannya dan membuktikan bahwa batasan profesi bukanlah penghalang bagi perempuan untuk terus berkarya dan memberikan dampak sosial yang lebih luas. (*)