TIMES SRAGEN, JAKARTA – Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) pada Rabu (12/2/2025) menyerukan demonstrasi besar-besaran untuk menolak rencana penggusuran warga Palestina dari Gaza.
Hamas menyerukan kepada warga Palestina, Arab dan Muslim untuk berpartisipasi dalam gerakan global pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu, dalam penolakan terhadap rencana Presiden AS Donald Trump mengusir warga Palestina dari Jalur Gaza dan merebutnya.
"Kami menyerukan kepada massa rakyat kami, bangsa Arab dan Islam kami, dan rakyat bebas di seluruh dunia, untuk turun ke jalan dalam pawai solidaritas dan acara-acara di kota-kota dan alun-alun di seluruh dunia, dalam penolakan terhadap rencana untuk mengusir rakyat Palestina dari tanah mereka," bunyi pernyataan mereka seperti dilansir di Al Jazeera.
Kelompok ini menambahkan "Biarlah hari Jumat hingga Minggu besok menjadi gerakan global melawan rencana pemindahan paksa dan deportasi yang diserukan oleh pendudukan dan para pendukungnya".
Hamas menekankan bahwa kegiatan-kegiatan ini merupakan bentuk dukungan dan pengesahan terhadap hak-hak tetap dan sahnya untuk mempertahankan tanahnya, terutama diantaranya adalah haknya atas kebebasan, kemerdekaan, penentuan nasib sendiri, dan pembebasan dari pendudukan.
Gerakan ini menghargai posisi internasional dalam solidaritas dengan warga Palestina di Jalur Gaza.
Sejak 4 Februari 2025, Presiden AS, Donald Trump menyampaikan nafsunya selama konferensi pers dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih untuk merebut Gaza dengan cara mengusir warga Palestina dari sana ke negara lain, termasuk Mesir dan Yordania.
Rencana Trump untuk merebut Gaza dengan mengusir warga Palestina terlebih dahulu itu ditentang secara luas oleh warga Palestina, Arab, dan masyarakat internasional. Namun rencana itu mendapat pujian besar di tingkat politik di Israel, termasuk berbagai tren.
Pada tanggal 19 Januari 2025, perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza dan perjanjian pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel mulai berlaku. Perjanjian ini terdiri dari tiga tahap, dengan masing-masing berlangsung selama 42 hari.
Selama tahap pertama, tahanan akan dipertukarkan dan bantuan kemanusiaan akan didatangkan. Kemudian negosiasi akan dimulai pada tahap kedua dan ketiga, dengan mediasi Mesir dan Qatar serta dukungan Amerika Serikat.
Sejak 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025, Israel dengan dukungan penuh Amerika Serikat melakukan genosida di Gaza, menyebabkan sekitar 160.000 warga Palestina menjadi meninggal dunia dan terluka. Kebanyakan yang dibunuh adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 14.000l orang lainnya hilang oleh kekejian tentara Israel.
Kini bahkan Amerika Serikat mengincar warga Palestina untuk diusir dari Gaza, karena itu Hamas menyerukan demonstrasi besar-besaran untuk menolak rencana pengusiran warga Palestina dari Gaza itu. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Hamas Serukan Demontrasi Besar-besaran Menolak Pengusiran Warga Palestina dari Gaza
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |