TIMES SRAGEN, JAKARTA – Laporan terkini dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa, meskipun terdapat gejolak ekonomi global, sektor perbankan Indonesia tetap berada dalam kondisi likuiditas yang stabil dan terkelola dengan baik.
Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, di Jakarta, Selasa (28/1/2025), yang menegaskan bahwa rasio likuiditas perbankan telah berdiri kokoh, melampaui batas minimum yang ditetapkan.
Dian menyatakan bahwa ke depan, kesehatan finansial perbankan diperkirakan akan terus berada dalam posisi yang kuat berkat boost dari kebijakan pemerintah yang mendukung, kinerja ekspor yang kuat, serta adaptasi industri terhadap perubahan pasar global.
Pada November 2024, Dian menjelaskan bahwa indikator likuiditas seperti rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD), alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK), dan liquidity coverage ratio (LCR), menunjukkan surplus yang signifikan dimana masing-masing sebesar 112,94 persen, 25,57 persen, dan 213,07 persen.
“Indikator ini menandakan bahwa bank-bank di Indonesia memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek,” tandasnya.
Kendati dikelilingi oleh likuiditas yang cukup, OJK tetap berhati-hati terhadap potensi turbulensi yang dipicu oleh faktor-faktor eksternal, termasuk perubahan kebijakan suku bunga internasional yang belum stabil, volatilitas pasar keuangan, dan fluktuasi di arena perdagangan dan harga komoditas akibat "Efek Trump" serta ketegangan geopolitik yang berkelanjutan.
Dian mengingatkan bahwa faktor-faktor ini, jika tidak dikelola dengan bijaksana, dapat mendorong risiko likuiditas perbankan dengan cara-cara seperti meningkatkan biaya pendanaan dan mempengaruhi arus modal asing.
Namun, dalam menghadapi ketidakpastian global, ia optimistis bahwa kebijakan ekonomi yang luwes, khususnya kebijakan moneter, akan terus menjadi pendukung yang berarti bagi pertumbuhan ekonomi dan perbankan pada tahun 2025.
Menyoroti dukungan program pemerintah dan kebijakan yang komprehensif, Dian mengatakan hal ini akan mendorong perbankan untuk memperluas kredit dan meningkatkan fungsi intermediasinya.
Bank sentral di seluruh dunia telah beralih ke pendekatan yang lebih akomodatif dengan suku bunga yang lebih rendah, walaupun tidak secepat yang diperkirakan, yang diharapkan berdampak positif dalam mengurangi biaya dana bagi bank, mendorong permintaan kredit, dan mendukung investasi dalam negeri.
Lebih lanjut, penurunan suku bunga diharapkan mengurangi beban ekonomi bagi sektor-sektor yang sangat membutuhkan akses pembiayaan, seperti UMKM dan industri padat karya, selain turut andil dalam memelihara stabilitas sistem keuangan secara umum. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: OJK Sebut Prospek Cerah Likuiditas Perbankan Indonesia di Tengah Dinamika Global
Pewarta | : Antara |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |